Mungkin memang benar kata orang-orang: “beberapa anak beruntung dilahirkan di tengah keluarga yang berkecukupan materi, sisanya lebih beruntung karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk bangkit dan berusaha sendiri.” Di sini saya beruntung—bukan karena dua hal tadi—melainkan karena saya telah ditakdirkan untuk dilahirkan oleh ibu saya, saya bersyukur atas hal itu. Kita memang tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh orang tua yang seperti apa, sama halnya dengan orang tua kita, tidak bisa memilih untuk melahirkan anak yang seperti apa. Tapi satu hal yang pasti, Tuhan sangat baik, telah mengirimkan seorang ibu yang begitu hebat di dalam hidup saya, sosok yang menjadi kekuatan bagi saya untuk selalu bertahan dan selalu menjadi alasan untuk terus melangkah ke depan sehingga saya masih berada di sini hingga saat ini.
Saya beruntung bukan semata-mata karena telah dilahirkan ke dunia yang hanya sementara ini, melainkan karena telah dibesarkan dengan baik oleh ibu saya. Tidak terhitung berapa ribu tetes keringat seorang ibu yang jatuh saat sedang bekerja keras untuk anaknya, juga berapa ribu tetes air mata yang jatuh ketika sedang berdoa untuk anaknya. Kita mungkin memang tidak pernah tahu. Tengah malam, di saat kita sudah tertidur lelap, boleh jadi ibu kita sedang bersujud menangis di atas sajadah, meminta yang terbaik untuk kehidupan kita kepada Tuhan Sang Pemilik Segalanya. Juga di siang hari, di sekolah, ketika kita sedang asyik mengobrol di saat guru sedang menjelaskan, boleh jadi di seberang sana ibu kita justru sedang mendoakan kita agar dapat memahami pelajaran dengan baik.
Bagi seorang ibu, kebahagiaan anaknya adalah prioritas utama. Melihat senyum dan tawa seorang anak sudah cukup untuk membuat dirinya kuat, melihat anaknya pulang dari sekolah adalah hiburan selepas lelah mengerjakan banyak hal, dan melihat anaknya tumbuh dengan baik adalah obat segala obat bagi seorang ibu—yang tidak akan pernah dapat dirasakan oleh orang lain, hanya dapat dirasakan oleh seorang ibu.
Hal yang kita anggap biasa, boleh jadi amat berharga bagi ibu kita. Disaat kita sedang senang ketika memperoleh penghargaan atas pencapaian kita, boleh jadi kita memang menjadi orang paling bahagia saat itu. Tetapi ketahuilah, ibu adalah orang paling bahagia di saat anaknya berhasil.
Mungkin kita memang tidak pernah tahu itu semua. Kita juga tidak akan pernah bisa membayar semua jasa yang telah diberikan seorang ibu. Sungguh, tidak akan pernah bisa. Namun kita bisa melakukan sesuatu yang lain, “sesuatu” ini memang tetap tidak bisa membayar jasa seorang ibu, tapi mungkin cukup untuk membuat ibu kita bahagia.
Sejak hari ini, mulailah untuk menikmati setiap waktu saat bersama seorang ibu, karena di saat kita tua nanti, moment yang paling akan kita kenang adalah moment saat masa kanak-kanak bersama ibu kita, wajah riang ibu kita yang akan selalu terkenang saat mengajari kita belajar merangkak, wajah senangnya ketika kita perlahan sudah bisa berjalan, wajah riangnya saat menjemput kita pulang dari sekolah, dan lebih dari itu, wajah bangganya kelak saat melihat kita sukses nanti. Untuk itu, sekolahlah dengan sungguh-sungguh dan dengan hati yang lapang, niatkan sekolah untuk mencari ilmu dan menambah wawasan, ingatlah perjuangan seorang ibu menyekolahkan anaknya. Dengan begitu kita sudah melakukan langkah kecil untuk menghargai jasa seorang ibu yang sudah mengeluarkan tenaga dan uang untuk keperluan sekolah kita. Tidakkah kita mau merenungkan hal itu?