Sudah hampir 6 bulan saya menuntut ilmu di SMK-SMAK Bogor. Banyak hal yang telah saya lewati selama kurun waktu tersebut. Rasa senang, terharu, dan bangga bercampur aduk dalam diri saya. Bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk bisa meningkatkan kemampuan diri dan belajar banyak hal baru di sekolah yang menjadi impian bagi banyak orang. Menjadi bagian dari warga analis, bersama dengan teman-teman yang berbakat dan dididik langsung oleh guru-guru yang hebat.
Hari itu, di awal saya mulai bersekolah disini, di situlah juga saya menyadari—memang benar rumor-rumor yang beredar tentang sekolah ini, terutama tentang tugas dan jadwal pembelajarannya yang sangat padat. Menurut saya, sekolah ini memang berbeda dari sekolah kebanyakan, khususnya dari segi tugas yang bisa dikatakan cukup banyak. Mungkin hal tersebut memang lumrah saja, mengingat sekolah ini merupakan salah satu lembaga kejuruan negeri empat tahun di bawah Kementerian Perindustrian Republik Indonesia yang mencetak tenaga analis kimia atau operator laboratorium tingkat menengah yang siap pakai.
Berdasarkan cerita dari beberapa teman saya saat masa pengenalan lingkungan sekolah, tetap tidak dapat dipungkiri bahwa rumor-rumor tersebut berpengaruh besar terhadap sebagian orang yang ingin bersekolah disini, membuat mereka berpikir dua kali saat mendaftar ataupun saat ingin mengikuti tes, terlebih bagi yang tidak berniat penuh untuk bersekolah di sini (dorongan orang tua).
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, setelah cukup lama beradaptasi, saya mulai terbiasa dengan ritme sekolah ini dan dengan hal-hal yang dulunya menjadi bahan pertimbangan untuk masuk dan bersekolah di sini. Saya sudah mulai terbiasa dengan banyaknya tugas-tugas yang diberikan—terutama dengan “Lapsus” (Laporan Khusus), semacam laporan berisi hasil analisis dan ringkasan dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan. Strukturnya terbagi menjadi 10 bagian, dan normalnya 1 lapsus berkisar antara 4-7 halaman. Sebagian orang menjadikan lapsus sebagai alasan, membuat mereka lupa makan dan tidur larut malam. Sebenarnya itu tidak akan terjadi jika kita mampu meluangkan sedikit waktu kosong untuk mencicil mengerjakan lapsus kita, dengan kata lain kita harus bisa memanage waktu dengan baik.
Pada akhirnya memang semua akan terbiasa. Segala keterpaksaan yang dulunya ada, perlahan hilang terkikis oleh waktu, digantikan dengan perasaan bangga bisa berada di sini. Walaupun harus saya akui itu cukup sulit. Seringkali dibanjiri oleh rasa takut akan tantangan yang ada di depan, takut untuk memulai, dan takut dalam menghadapinya. Tidak terbilang keinginan saya untuk berhenti bertahan di tengah perjalanan, juga tidak terhitung berapa kali timbul rasa ingin menyerah sebelum berperang. Namun rasa takut itu ternyata semakin mereda setelah mencoba untuk mulai menghadapi dengan sepenuh hati dan menjalani dengan penuh semangat. Karena saya percaya, bahwa itu semua adalah ujian untuk melatih kemampuan dan daya tahan untuk naik ke level-level berikutnya dan untuk menanamkan pemahaman baru dalam diri saya. Saya percaya, bahwa dalam setiap kesulitan pasti terdapat kemudahan.
Dan di atas itu semua, bukankah Tuhan selalu bersama dengan orang-orang yang sabar? Selalu membersamai kita di saat kita terpuruk, di saat kondisi gelap, yang bahkan bayangan kita pun pergi meninggalkan kita. Tuhan selalu memberikan pertolongan terbaik-Nya lewat sesuatu yang tidak terduga, sehingga kita mampu melewati masa-masa sulit dan mampu berada di titik ini. Dan di penghujung semester ini, saya ingin berpesan:
Untuk siapapun di sana…
Percayalah terhadap dirimu sendiri
Banggalah terhadap dirimu yang terus berusaha menjadi versi yang lebih baik dari hari sebelumnya
Banggalah terhadap dirimu yang tetap memilih bertahan di tengah gempuran tekanan
Jangan biarkan usaha yang telah kamu bangun selama ini sia-sia begitu saja
Jadikan kegagalan di hari sebelumnya menjadi pelajaran untuk hari ke depannya
Teruslah berusaha walaupun belum terlihat hasilnya
Teruslah mencoba walaupun peluang untuk berhasil hanya sedikit–karena peluang berhasil sekecil apapun, itu lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali.
Terakhir, mungkin kita memang memiliki seribu alasan untuk mundur dan menyerah pada keadaan, tetapi percayalah, nikmati saja alurnya. Toh, itu semua adalah bagian dari proses perjalanan hidup. Semoga dengan begitu kita dapat terdorong untuk tetap konsisten dan selalu yakin terhadap rencana terbaik yang akan Tuhan berikan untuk hidup kita.